Aku Dan Belajar

Roby Widjaja
3 min readOct 26, 2020

“Belajar adalah sebuah proses yang berlangsung seumur hidup bagi tiap manusia. Belajar bisa dari siapa saja dan apa saja. Berhenti belajar sama saja dengan berhenti bertumbuh.” [ Roby Widjaja ]

Photo by Ben White on Unsplash

Kata “Belajar” dalam bahasa Indonesia memang bisa diterjemahkan ke dua kata kerja Bahasa Inggris “to study” dan “to learn” yang hampir sama maknanya namun tetap memiliki sedikit perbedaan makna. Kata “Belajar” yang dimaksud dalam tulisan ini lebih tepat diterjemahkan sebagai “to learn” dalam Bahasa Inggris.

Perbedaan makna kata kerja “to study” Vs “to learn” menurut dua kamus Bahasa Inggris yang berbeda:

Makna “to learn” menurut Kamus Cambridge:

to get knowledge or skill in a new subject or activity

Makna “to learn” menurut Kamus www.dictionary.com:

to acquire knowledge of or skill in by study, instruction, or experience

Makna “to study” menurut Kamus Cambridge:

to learn about a subject, especially in an educational course or by reading books

Makna “to study” menurut Kamus www.dictionary.com:

to apply oneself to the acquisition of knowledge, as by reading, investigation, or practice.

Dari kata kerja “to learn” akhirnya kita mengenal frase “learning process” dan “learning curve”.

Sumber gambar

Bagiku, belajar itu harus di kedalaman Mariana Trench, di ketinggian bintang — bintang di langit, dan seluas 5 samudra di Bumi. Tentu saja itu semua adalah sebuah kiasan. Belajar di kedalaman Mariana Trench artinya kita harus mempelajari sesuatu sedalam atau sedetail mungkin. Belajar di ketinggian bintang — bintang di langit artinya kita harus mempelajari sesuatu sampai setara seorang lulusan S-3 atau bahkan Profesor di bidang yang sama. Belajar seluas 5 samudra di Bumi artinya kita harus belajar banyak hal seluas mungkin, tidak hanya satu bidang ilmu atau cabang ilmu saja. Kalau kita tidak mampu melakukan ketiganya sekaligus, setidaknya kita melakukan dua dari tiga aspek belajar tersebut. Kalau kita tidak mampu melakukan dua aspek sekaligus, setidaknya kita melakukan salah satu dari tiga aspek tersebut.

Bagiku belajar itu tidak harus dilakukan melalui proses pendidikan formal saja. Belajar bisa dilakukan melalui banyak cara, seperti percakapan santai dengan orang lain, membaca buku atau artikel, menonton video tutorial di YouTube atau platform sejenisnya, eksperimen — eksperimen, pengalaman hidup diri sendiri dan orang lain, mengamati dan meneliti sebuah obyek, diskusi dengan banyak orang, dan lain sebagainya.

“The fool who thinks he is wise is just a fool. The fool who knows he is a fool is wise indeed” [ Buddha ]

Kita harus selalu merasa bodoh dalam hal — hal yang sudah pernah kita pelajari maupun yang belum pernah kita pelajari, supaya kita selalu “lapar” dan “haus” untuk belajar. Begitu kita sudah mulai merasa pandai atau bijaksana, kita mulai berhenti belajar. Begitu kita mulai berhenti belajar, kita mulai berhenti bertumbuh dan menjadi closed-minded ( lawan kata dari open-minded ).

Seberapapun usia kita, kita harus selalu seperti seorang anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sekali tentang segala hal.

Belajar itu bisa dari siapa saja ( apa pun suku, agama, ras, status sosial dan ekonominya, latar belakang pendidikan formalnya, usianya, dan sebagainya ) dan dari apa saja ( bahkan beberapa ilmuwan ada yang meneliti faeces dan urine dari manusia dan hewan ).

Artikel ini ditulis oleh Roby Widjaja,

Yang adalah Seorang Pembelajar Mandiri, Pemikir, dan Sastrawan Jalanan

Yang belajar ilmu Filsafat dan Seni Sastra secara otodidak dari berbagai sumber dan cara.

Spesialis dan Pembuat Strategi Pemasaran Digital, Pengembang situs web dan aplikasi berbasis web, Pengembang Aplikasi Ponsel Cerdas, Spesialis Optimasi Mesin Pencarian, Spesialis Manajemen Iklan Digital, Spesialis Manajemen Akun Media Sosial, Kreator Konten Digital, Seniman Digital, Penulis Lepas Mandiri, Desainer Grafis, Videografer dan Editor Video, Kreator Animasi 2D/3D, Pengembang Perangkat Lunak Komputer, Ilmuwan, Pemikir, dan Wirausahawan.

Pemilik 100% Saham, Pendiri, dan Direktur Utama dari iMarketology dan Arts-of-Life. Baik iMarketology maupun Arts-of-Life belum dibuat badan hukumnya secara legal dimanapun juga di dunia ini.

Social Media: Instagram | Twitter | Facebook | Facebook Page | Linkedin

Wattpad | Professor JavaScript | Profesor Robium

--

--

Roby Widjaja

An Independent Writer. A Thinker. 100% Shareowner, Founder, and CEO of www.imarketology.net and www.arts-of-life.com ( It’s still in development phase ).