Filosofi Blangkon

Roby Widjaja
4 min readNov 8, 2020

“Blangkon memang adalah sebuah penutup kepala tradisional para pria masyarakat jawa kuno, namun mengandung sebuah filosofi hidup yang menarik untuk dipelajari masyarakat modern masa kini” [ Roby Widjaja ]

Sumber foto

Blangkon adalah penutup kepala tradisional para pria masyarakat Jawa kuno di pulau Jawa dari sejak jaman Kerajaan — Kerajaan kuno di pulau Jawa.

Filosofi Blangkon ini adalah sebuah filosofi ciptaan saya sendiri, yang telah disesuaikan dengan konteks kehidupan sehari — hari masyarakat modern masa kini,yang disarikan ( diambil inti sarinya dari banyak filosofi lainnya tentang obyek yang sama, yaitu sebuah Blangkon ) dari banyak filosofi Blangkon lainnya, dari beberapa tokoh terkenal di jaman Kerajaan — Kerajaan kuno di pulau Jawa, termasuk beberapa tokoh spiritual Jawa kuno, dan termasuk dari mantan Presiden Indonesia Soeharto.

Walaupun saya seorang keturunan Cina secara biologis, namun saya juga mempelajari dan mengadopsi beberapa budaya dan filosofi Jawa kuno. Hal ini dkarenakan saya dilahirkan dan dibesarkan di pulau Jawa.

Blangkon adalah sebuah penutup kepala tradisional para pria masyarakat Jawa kuno. Sebagai penutup kepala, blangkon melindungi kepala dan rambut pemakaianya dari panas sinar matahari.

Makna filosofisnya, kita harus melindungi isi hati dan pikiran kita dari hal — hal yang membuat hati dan pikiran kita menjadi panas. Hal — hal yang bisa membuat hati dan pikiran kita menjadi panas itu misalnya seperti perkataan — perkataan negatif dari orang lain, tindakan — tindakan negatif dari orang lain, iri hati kepada orang lain, hal — hal yang mengadu domba diri kita dengan orang lain, berprasangka buruk atau negatif kepada orang lain, hal — hal yang membuat kita mudah marah atau tersinggung kepada orang lain, dan lain sebagainya.

“Selalu memakai blangkon” mempunyai makna filosofis bahwa kita harus selalu mengisi hati dan pikiran kita dengan hal — hal yang positif dan menyejukkan. Hal — hal yang positif dan menyejukkan itu bisa saja berupa pembicaraan — pembicaraan yang positif dengan orang lain, mengkonsumsi konten — konten yang positif dari media massa dan media sosial, membaca buku — buku yang positif dan membangun diri, dan lain sebagainya.

Kata Hati sebenarnya adalah pusat kehendak, yang secara biologis merupakan salah satu bagian dari organ tubuh biologis otak manusia. Jadi, sebenarnya lokasi hati yang benar ada di dalam kepala kita, bukan di dalam dada tubuh biologis kita.

Kata Pikiran sebenarnya adalah beberapa bagian dari organ tubuh otak manusia, termasuk bagian memory dan sistem syaraf pada otak, yang mendukung proses dan fungsi yang sama, mulai dari menyerap informasi, menyimpan informasi dalam memory otak, menganalisa informasi, dan membuat keputusan — keputusan atau kesimpulan — kesimpulan.

Pada masyarakat Jawa kuno, Blangkon biasa dipakai sehari — hari, mulai dari saat melakukan aktivitas sehari — hari yang rutin dan biasa, sampai dengan saat menghadiri acara — acara sosial istimewa, seperti menghadiri sebuah pesta pernikahan misalnya.

Dalam struktur sosial masyarakat Jawa kuno, Blangkon juga bisa dipakai oleh pria Jawa segala kalangan, mulai dari para rakyat jelata sampai para pria Jawa bangsawan anggota keluarga kerajaan.

Makna filosofisnya, Filosofi Blangkon adalah filosofi yang universal, yang bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehari — hari, dan bisa diterapkan oleh siapa saja dari segala kalangan sosial.

Blangkon terbuat dari bahan kain yang fleksibel sehingga mudah ditekuk atau dilipat, bukan dari bahan logam ( seperti sebuah mahkota yang terbuat dari emas misalnya ) yang kaku dan keras.

Makna filosofisnya, kita harus fleksibel dalam menjalani hidup kita.

Dalam berinteraksi secara sosial di masyarakat, kita juga harus mudah beradaptasi menyesuaikan diri dengan masyarakat dimana kita tinggal atau bergaul.

Kita juga harus fleksibel dalam mengikuti perubahan jaman.

Dalam bekerja dan berbisnis, kita juga harus fleksibel mengikuti segala perubahan dan trend di pasar dan perkembangan teknologi.

Bagian belakang blangkon umumnya agak menonjol dan membulat. Kalau kita sedang memakai blangkon dan bercermin, maka pasti bagian belakang blangkon menjadi tidak terlihat oleh diri kita.

Makna filosofisnya, dalam hidup ini ada beberapa hal yang harus “kita taruh di bagian belakang dan tidak kita lihat lagi”.

Beberapa hal yang harus kita taruh di bagian belakang dan tidak kita lihat lagi itu bisa bermakna:

Prinsip hidup “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini”.

Kita hendaknya mudah memaafkan atau mengampuni orang lain, dan berusaha melupakan segala kesalahan orang itu kepada kita.

Mikul dhuwur, mendhem jero” ( Mantan Presiden Indonesia Soeharto ). Dalam konteks masyarakat modern masa kini, “Mikul dhuwur, mendhem jero” bisa diartikan, sebaiknya kita lebih melihat dan mengingat kebaikan, prestasi, hal — hal positif, dan kelebihan orang lain, daripada melihat dan mengingat keburukan, hal — hal negatif, kesalahan, dan kekurangan orang lain. Segala keburukan, hal — hal negatif, kesalahan, dan kekurangan orang lain sebaiknya “kita taruh di belakang dan tidak kita lihat lagi”, “dikubur sedalam mungkin” ( “mendhem jero” ), tidak diingat — ingat atau dilupakan.

Renungan…

Terlepas dari anda seorang pria atau wanita, apakah anda sudah “memakai Blangkon setiap hari” ?

Artikel ini ditulis oleh Roby Widjaja,

Yang adalah Seorang Pemikir dan Sastrawan Jalanan,

Yang belajar ilmu Filsafat dan Seni Sastra secara otodidak dari berbagai sumber dan cara.

Spesialis dan Pembuat Strategi Pemasaran Digital, Pengembang situs web dan aplikasi berbasis web, Pengembang Aplikasi Ponsel Cerdas, Spesialis Optimasi Mesin Pencarian, Spesialis Manajemen Iklan Digital, Spesialis Manajemen Akun Media Sosial, Kreator Konten Digital, Seniman Digital, Penulis Lepas Mandiri, Desainer Grafis, Videografer dan Editor Video, Kreator Animasi 2D/3D, Pengembang Perangkat Lunak Komputer, Ilmuwan, Pemikir, dan Wirausahawan.

Pemilik 100% Saham, Pendiri, dan Direktur Utama dari iMarketology dan Arts-of-Life. Baik iMarketology maupun Arts-of-Life belum dibuat badan hukumnya secara legal dimanapun juga di dunia ini.

Social Media: Instagram | Twitter | Facebook | Facebook Page | Linkedin

Wattpad | Professor JavaScript | Profesor Robium

--

--

Roby Widjaja

An Independent Writer. A Thinker. 100% Shareowner, Founder, and CEO of www.imarketology.net and www.arts-of-life.com ( It’s still in development phase ).