Hati — Hati Menggunakan Kata Hati

Roby Widjaja
7 min readDec 5, 2020

“Hati” ( yang ditulis “Heart” dalam bahasa Inggris ), Hati ( organ tubuh manusia yang disebut “Liver” dalam bahasa Inggris ), dan Jantung ( organ tubuh manusia yang disebut “Heart” juga dalam bahasa Inggris ), adalah 3 obyek yang berbeda.

Photo by Bart LaRue on Unsplash

Dalam 100 kali kejadian acak, berapa kali anda melihat seorang pembicara seminar ( yang topik seminarnya tentang kepemimpinan, motivasi, spiritualitas, relationship, dan sejenisnya ) atau Rohaniwan ( yang agamanya bisa agama apa saja ) yang salah satu telapak tangannya memegang dadanya ketika sedang mengucapkan kata “Hati” ? Saya yakin jawabannya pasti di atas 90 kali kejadian.

Apakah anda menyadari ada sebuah kesalahan yang dilakukan para pembicara seminar atau Rohaniwan itu ketika mereka memegang dadanya sambil mengucapkan kata “Hati” ? Apakah benar obyek “Hati” yang dimaksud sesuai konteks topik pembicaraan itu lokasinya ada di sekitar dada tubuh manusia ? yaitu di sekitar organ tubuh manusia yang bernama jantung ?

Tentu saja kata “Hati” yang dimaksud mereka adalah obyek yang merupakan bagian dari organ tubuh otak manusia, yang mempunyai fungsi sebagai pusat kehendak, perasaan, dan emosi.

Kata “Hati” yang banyak tertulis dalam Kitab — Kitab Suci berbagai Agama yang berbeda juga menggunakan arti yang sama seperti di atas, bukan hati ( organ tubuh manusia yang ditulis “Liver” dalam bahasa Inggris ) atau jantung ( organ tubuh manusia yang ditulis “Heart” dalam bahasa Inggris ).

Organ tubuh otak manusia memang bisa dikategorikan berdasarkan beberapa sistem.

Berdasarkan lokasi biologis bagian otak manusia, otak manusia bisa dibagi menjadi otak kiri dan kanan. Berdasarkan sistem yang sama pula, otak manusia bisa dibagi menjadi otak depan, otak tengah, dan otak belakang.

Sistem kategorisasi bagian — bagian organ tubuh otak manusia yang digunakan dalam artikel ini adalah berdasarkan fungsinya.

Jadi, kata “Hati” ( bagian dari organ tubuh otak manusia yang berfungsi sebagai pusat kehendak, perasaan, dan emosi ) dan Hati ( organ tubuh manusia yang ditulis “Liver” dalam bahasa Inggris ) memang sama persis dalam penulisan dan cara membacanya dalam bahasa Indonesia, namun keduanya memiliki makna yang berbeda jauh dalam dua konteks yang berbeda.

Selain itu, kata “Heart” dalam bahasa Inggris bisa diterjemahkan sebagai “Hati” ( bagian dari organ tubuh otak manusia yang berfungsi sebagai pusat kehendak, perasaan, dan emosi ) atau “Jantung” ( organ tubuh manusia yang lokasinya di sekitar dada dan berfungsi mengatur sirkulasi darah ) dalam dua konteks yang berbeda.

Dua hal inilah yang menjadi penyebab salah kaprah pengucapan kata “Hati” ( bagian dari organ tubuh otak manusia yang berfungsi sebagai pusat kehendak, perasaan, dan emosi ) yang dilakukan sambil salah satu telapak tangan memegang dada ( di sekitar lokasi jantung ), yang telah dilakukan banyak orang selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Memahami makna “Hati” Vs Hati di atas, ekspresi bahasa tubuh yang benar seharusnya, ketika seseorang mengucapkan kata “Hati” ( bagian dari organ tubuh otak manusia yang berfungsi sebagai pusat kehendak, perasaan, dan emosi ), maka salah satu telapak tangannya sambil memegang kepalanya ( lokasi dimana otak berada ), bukan dada ( lokasi dimana jantung berada ).

Saya yakin, walaupun kita sudah tahu ekspresi bahasa tubuh yang benar seperti itu, pasti mengubah kebiasaan telapak tangan memegang dada sambil mengucapkan kata “Hati” itu sangat sulit dilakukan, karena salah kaprah ini sudah dilakukan beberapa generasi umat manusia selama puluhan atau ratusan tahun.

Selain kata “Hati”, dalam topik pembicaraan yang sama sering pula disebut kata “Pikiran” ( yang dalam bahasa Inggris ditulis “mind” ).

Pikiran adalah kumpulan beberapa bagian organ tubuh otak manusia, yang fungsinya adalah menerima data, menyimpan data, mengolah data menjadi informasi yang diperlukan, dan membuat keputusan — keputusan.

Isi hati dan pikiran seseorang seringkali bisa bertentangan dalam suatu kejadian yang sama, di waktu yang sama, dan di tempat yang sama.

Sebagai contoh, seseorang sedang berpikir dan mempertimbangkan untuk melanjutkan atau memutus ( menghentikan ) hubungan percintaannya dengan kekasihnya pada suatu waktu. “Hati” nya bisa saja tetap ingin melanjutkan hubungan percintaan itu sampai ke pernikahan. Pikirannya malah mendorongnya untuk segera memutus hubungan percintaan itu dan memulai hubungan percintaan baru dengan kekasih baru.

Bagaimana dengan firasat atau intuisi yang sering dirasakan seseorang ?

Firasat atau intuisi adalah produk dari alam bawah sadar otak manusia. Sesuai fungsi dan cara kerjanya, otak manusia bisa dikategorikan menjadi alam sadar, alam bawah sadar, dan alam tak sadar.

Semua data yang diterima otak manusia melalui panca inderanya, secara sengaja dan tidak disengaja, akan selalu tersimpan dengan baik di alam bawah sadarnya.

Sesuatu, seseorang, atau sebuah kejadian bisa dengan mudah memicu alam bawah sadar otak manusia untuk memproduksi firasat atau intuisi itu.

Sebagai contoh, seseorang selama bertahun — tahun sering membaca atau mendengar banyak kasus penipuan di masyarakat yang cara kerjanya mirip sekali. Semua hal yang ia baca dan dengar itu selalu tersimpan di alam bawah sadarnya. Suatu hari, orang tersebut sedang menjadi korban kasus penipuan yang sama. Tanpa ia sadari, tiba — tiba saja ia mempunyai firasat atau intuisi bahwa apa yang sedang ia hadapi adalah sebuah kasus penipuan. Pada akhirnya, orang tersebut terselamatkan dari kasus penipuan itu.

Teori tentang firasat atau intuisi yang sama pula bekerja pada seseorang yang berlatih martial arts selama bertahun — tahun. Seseorang yang berlatih martial arts selama bertahun — tahun sebenarnya secara tidak sadar juga sedang melatih alam bawah sadar otak mereka untuk bisa secara cepat sekali menganalisa gerakan — gerakan tubuh lawan, menyerang tubuh lawan, dan menghindari serangan lawan ( beberapa orang bahkan sampai mampu menghindari serangan — serangan lawan dalam kondisi kedua mata yang tertutup ).

Ada juga istilah “Being” atau Kesadaran. Ada beberapa buku atau pembicara yang suka menggunakan kata “Being”, namun ada juga yang suka menggunakan kata Kesadaran ( dalam bahasa Inggris ditulis “Consciousness” ). Baik “Being” atau Kesadaran sebenarnya memiliki arti yang sama.

Apakah anda pernah atau sadar bahwa anda mampu seolah — olah menjadi pihak kedua, yang di luar diri anda dan yang sedang memandang anda ( kiasan ), yang sedang mengamati, menganalisa, dan menguasai segala keberadaan diri anda ( hati, pikiran, firasat atau intuisi, dan tubuh biologis anda ) ? Kesadaran anda mampu memilih untuk mengambil keputusan berdasarkan isi hati, pikiran, atau intuisi anda.

Kesadaran adalah beberapa bagian dari organ tubuh otak manusia, yang fungsinya memampukan anda seolah — olah menjadi pihak kedua, yang di luar diri anda dan yang sedang memandang anda, yang mengamati, menganalisa, dan menguasai segala keberadaan diri anda ( terutama atas hati dan pikiran anda sendiri ).

Pernahkah anda membaca kisah — kisah nyata tentang banyak orang yang sampai bunuh diri karena putus hubungan cinta dengan kekasih mereka ? atau, tentang banyak orang yang sampai kehilangan seluruh hartanya di meja judi kasino ? Hal — hal semacam itu terjadi karena pada saat itu Kesadaran mereka sedang lemah, sehingga Kesadarannya tidak mampu menguasai hati, pikiran, dan intuisi mereka. Salah satu dari hati, pikiran, atau intuisi mereka yang jauh lebih dominan dari Kesadarannya yang membuat mereka mengambil keputusan melakukan hal — hal seperti itu.

Beberapa praktek dalam ajaran — ajaran agama yang berbeda ( seperti berdoa, berpuasa, meditasi, dan sejenisnya ) bisa membantu untuk membuat Kesadaran seseorang selalu dalam posisi yang lebih dominan dari hati, pikiran, dan intuisinya.

Berbeda dengan “Being” atau Kesadaran, ada juga istilah “roh”, “roh manusia”, atau “tubuh astral” yang sering muncul dalam topik pembahasan yang sama atau sejenisnya.

Hal — hal mengenai roh manusia memang hanya bisa dimengerti melalui ilmu — ilmu agama atau spiritualitas. Ilmu Psikologi dan Neuroscience sampai saat ini tidak mampu memahami tentang roh manusia dan mahkluk astral jenis lainnya. Ilmu Psikologi dan neuroscience hanya mampu memahami hati, pikiran, intuisi, dan kesadaran manusia.

Ilmu Psikologi dan Neuroscience memang sampai saat ini memahami fenomena — fenomena spiritual yang berhubungan dengan mahkluk astral sebagai halusinasi atau gejala — gejala lain dari gangguan kesehatan mental seseorang.

Renungan…

Salah kaprah yang sudah dilakukan banyak orang selama beberapa generasi peradaban umat manusia, ketika mengucapkan kata “Hati” sambil salah satu telapak tangannya memegang dada, seperti ini hanyalah satu dari banyak kesalahan yang sudah dilakukan selama beberapa generasi.

Sesuatu yang dianggap benar oleh mayoritas orang dari sebuah keluarga besar, masyarakat, bangsa, atau umat manusia selama beberapa generasi, belum tentu adalah sebuah Kebenaran Sejati.

Sesuatu yang dahulu dianggap benar atau salah oleh peradaban umat manusia, bisa dianggap sebaliknya di masa sekarang atau masa depan.

Dahulu, Mobil Listrik dianggap sebagai ide yang salah, sehingga ide Mobil Listrik dimatikan oleh umat manusia di generasi itu, lalu yang didukung penuh adalah Mobil Mekanik. Saat ini, umat manusia generasi ini mulai menyadari bahwa Mobil Listrik jauh lebih baik daripada Mobil Mekanik, maka umat manusia di seluruh dunia mulai secara bersamaan menghidupkan lagi ide Mobil Listrik dari kuburnya.

Artikel ini ditulis oleh Roby Widjaja,

Yang adalah Seorang Pemikir dan Sastrawan Jalanan,

Yang belajar ilmu Filsafat dan Seni Sastra secara otodidak dari berbagai sumber dan cara.

Spesialis dan Pembuat Strategi Pemasaran Digital, Pengembang situs web dan aplikasi berbasis web, Pengembang Aplikasi Ponsel Cerdas, Spesialis Optimasi Mesin Pencarian, Spesialis Manajemen Iklan Digital, Spesialis Manajemen Akun Media Sosial, Kreator Konten Digital, Seniman Digital, Penulis Lepas Mandiri, Desainer Grafis, Videografer dan Editor Video, Kreator Animasi 2D/3D, Pengembang Perangkat Lunak Komputer, Ilmuwan, Pemikir, dan Wirausahawan.

Pemilik 100% Saham, Pendiri, dan Direktur Utama dari iMarketology dan Arts-of-Life. Baik iMarketology maupun Arts-of-Life belum dibuat badan hukumnya secara legal dimanapun juga di dunia ini.

Social Media: Instagram | Twitter | Facebook | Facebook Page | Linkedin

Wattpad |

--

--

Roby Widjaja

An Independent Writer. A Thinker. 100% Shareowner, Founder, and CEO of www.imarketology.net and www.arts-of-life.com ( It’s still in development phase ).