Ilmu Kung Fu Buddha Berkulit Seperti Cermin

Roby Widjaja
4 min readOct 5, 2020

--

“Buruk muka, cermin dibelah” [ Sebuah Peribahasa Indonesia ]

Photo by Susanna Marsiglia on Unsplash

Ini adalah kisah fiksi namun mengandung moral of the story tersembunyi yang berasal dari kehidupan nyata sehari — hari di dunia.

Baca juga: Sastra Sindiran…

Kalau anda mengerti dan mampu menerapkan ilmu Kung Fu ini, pasti akan ada banyak orang lain yang berbuat seperti peribahasa “Buruk muka, cermin dibelah” ketika sedang melihat anda, berkomentar tentang anda, atau bercerita tentang anda.

Ilmu Kung Fu Buddha Berkulit Seperti Cermin ini merupakan tahap terakhir dari ilmu Kung Fu Sastra Sindiran.

Agar bisa mengerti dan menerapkan ilmu Kung Fu Buddha Berkulit Seperti Cermin ini, anda harus bisa memahami intisari dari cerita fiksi di bawah ini…

Alkisah di jaman negeri Cina masih terbagi atas beberapa negara Kerajaan, ada seorang bayi ditemukan seorang pertapa Buddha di tepi sungai YangTze, sebuah sungai terpanjang di Asia dan nomor 3 terpanjang di dunia. Lalu pertapa itu membawa bayi itu ke perguruan Kung Fu nya di salah satu gunung di Cina. Pertapa Buddha itu memutuskan untuk mengasuh bayi itu di perguruan Kung Fu nya sampai menjadi dewasa.

Bayi itu kemudian bertumbuh dewasa dalam lingkungan para pertapa Buddha lainnya di perguruan itu. Selain belajar Kung Fu, mereka semua juga bermeditasi dan meningkatkan spiritualitas setiap hari.

Suatu hari, di saat sedang bermeditasi, pemuda itu ( bayi yang sudah menjadi dewasa itu ) mencapai pencerahan tingkat tertinggi. Setelah mencapai pencerahan, seluruh kulit pemuda itu mendadak berubah menjadi seperti cermin. Sehingga apa pun dan siapa pun yg ada di depannya, selalu terpantul dengan sempurna. Cahaya lampu dan sinar matahari pun terpantul dengan sempurna pada kulitnya.

Pemuda itu akhirnya turun gunung dan mengembara di alam kehidupan sehari — hari manusia biasa. Tentu saja ia tidak lagi menggunakan pakaian seragam perguruan Kung Fu itu. Ia nampak seperti orang — orang biasa lainnya.

Setiap kali ada orang yang lewat di depan pemuda itu dan berkata — kata tentang pemuda itu, berupa perkataan yang baik maupun buruk, itulah sebenarnya yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri, sebab mereka seperti sedang melihat diri mereka sendiri di cermin. Pemuda itu tidak perlu berbuat atau berkata apa pun juga agar hal itu terjadi.

Dengan menerapkan ilmu Kung Fu ini, apa pun yang orang lain harapkan untuk anda, itu pula yang akan terjadi kepada diri mereka sendiri. Misalnya, seseorang mengharapkan agar anda tetap stress dan tidak bisa sukses, maka hal itu pula yang akan terjadi dalam kehidupan orang itu sendiri. Demikian pula segala jenis harapan — harapan baik dari orang lain untuk anda, harapan — harapan baik yang sama itu pula yang akan terjadi dalam kehidupan orang lain itu.

Setiap orang lain akan mengalami self-sabotage atau self-reinforce dalam kehidupannya sendiri sesuai perkataan dan harapan mereka tentang dan untuk anda.

Perbedaan ilmu Kung Fu ini dengan ilmu Sastra Sindiran adalah, pada ilmu Kung Fu ini anda tidak perlu berbuat dan berkata apa pun juga. Anda hanya perlu “duduk diam dan tenang sama persis seperti seseorang yang sedang duduk bermeditasi”.

Photo by Cara Shelton on Unsplash

Dengan ilmu Kung Fu ini, roh anda sanggup merasuk dan menyelidiki setiap titik kecil kebaikan dan keburukan dari setiap satu sel biologis seorang manusia lain, begitu pula dengan setiap 1 joule roh dan vibrasi orang lain tersebut. Hal ini mirip sekali dengan melakukan foto X-Ray, CT-Scan, atau MRI pada tubuh biologis orang lain.

Siapa pun yang sedang berhadapan dengan anda, otomatis akan mengalami “foto X-Ray” atau “CT-Scan” atau “MRI” pada diri mereka sendiri, dan kemudian hasil “foto X-Ray” atau “CT-Scan” atau “MRI” itu terpantul pada “kulit” anda. Otomatis pula, segala perkataan, komentar, pendapat, dan harapan dari orang — orang lain tentang dan untuk anda sebenarnya adalah tentang dan untuk diri mereka sendiri.

Photo by National Cancer Institute on Unsplash

Artikel ini ditulis oleh Roby Widjaja,

Yang adalah Pemikir dan Sastrawan Jalanan, yang belajar Ilmu Filsafat dan Seni Sastra secara otodidak dari berbagai sumber, dan berbagai cara.

Spesialis dan Pembuat Strategi Pemasaran Digital, Pengembang situs web dan aplikasi berbasis web, Pengembang Aplikasi Ponsel Cerdas, Spesialis Optimasi Mesin Pencarian, Spesialis Manajemen Iklan Digital, Spesialis Manajemen Akun Media Sosial, Kreator Konten Digital, Seniman Digital, Penulis Lepas Mandiri, Desainer Grafis, Videografer dan Editor Video, Kreator Animasi 2D/3D, Pengembang Perangkat Lunak Komputer, Ilmuwan, Pemikir, dan Wirausahawan.

Pemilik 100% Saham, Pendiri, dan Direktur Utama dari iMarketology dan Arts-of-Life. Baik iMarketology maupun Arts-of-Life belum dibuat badan hukumnya secara legal dimanapun juga di dunia ini.

Social Media: Instagram | Twitter | Facebook | Facebook Page | Linkedin

Wattpad

--

--

Roby Widjaja

An Independent Writer. A Thinker. 100% Shareowner, Founder, and CEO of www.imarketology.net and www.arts-of-life.com ( It’s still in development phase ).