It’s a [ Roby Widjaja Tells a Story About Roby Widjaja ] Story — Part 1
I am who I am. I am not defined by other people’s opinions about me. I am not responsible for the other versions of me that other people create on their minds. I am a spiritual being inside a biological human body. I am not defined by my biological age and age number on my ID cards, my jobs, my professions, my social-economic status, my biological genetic race, my nationality and citizenship, religions, what I do and don’t do, what I like and dislike, what I eat and drink, etc. Nothing and nobody on Heaven, Earth, and the whole Universe can define who I am except the Creator of The Universe.
Aku adalah aku. Diriku yang sejati tidak didefinisikan oleh pendapat — pendapat dari orang — orang lain tentang aku. Aku bukanlah dan tidak bertanggung jawab atas versi — versi diriku yang lain yang tidak sejati yang diciptakan oleh imajinasi orang — orang lain di benaknya masing — masing. Aku adalah makhluk spiritual yang berada di dalam tubuh biologis manusia. Aku tidak didefinisikan oleh usia biologisku dan angka penunjuk usia pada kartu — kartu Identitasku, pekerjaan — pekerjaanku, profesi — profesiku, status sosial ekonomiku, DNA biologis ras ku, kebangsaan dan kewarganegaraanku, agama — agama apapun di dunia ini, apa saja yang aku lakukan dan tidak aku lakukan, hal — hal yang aku sukai dan tidak aku sukai, apa saja yang biasa aku makan dan minum, dan lain sebagainya. Tiada sesuatu pun dan seseorang pun di Surga, Bumi, dan seluruh Alam Semesta yang bisa mendefinisikan siapa aku yang Sejati kecuali Sang Pencipta seluruh Alam Semesta.
Who is Roby Widjaja ?
Siapakah Roby Widjaja ?
I think it’s necessary and appropriate I let the audiences know more about me other than the digital contents I create, publish, and distribute everywhere.
Aku berpikir bahwa perlu dan tepat aku membuat para audiens tahu lebih dalam tentang aku, selain dari konten — konten digital yang aku ciptakan, publikasikan, dan distribusikan dimana pun.
As a person who was born in the year 1977 and has Cancer zodiac, Roby Widjaja may have some characters, personalities, and behaviours which are almost the same to other people with the same Cancer zodiac. No, Roby Widjaja is not an Astrologist. He only reads about Astrology, but he isn’t a believer in Astrology.
Sebagai seseorang yang dilahirkan di tahun 1977 dan memiliki zodiak Cancer, Roby Widjaja mungkin saja memiliki beberapa karakter, kepribadian, dan perilaku yang hampir sama dengan orang — orang lain yang memiliki zodiak Cancer juga. Bukan, Roby Widjaja bukanlah seorang ahli Astrologi. Ia hanya sempat membaca tentang ilmu Astrologi, tetapi ia bukanlah seseorang yang percaya tentang Astrologi.
Roby Widjaja was born as the 4th child, the youngest one, in an Indonesian-born-chinese middle-class family. His biological parents were not too poor nor too rich. During elementary school to senior high school, Roby Widjaja had to work after school hours daily on his parents’ physical store. There were no online stores at that time.
Roby Widjaja dilahirkan sebagai anak keempat, anak bungsu, di sebuah keluarga keturunan tionghoa Indonesia kelas ekonomi menengah. Orang tua biologisnya tidaklah terlalu miskin maupun terlalu kaya pada waktu itu. Selama masa bersekolah di SD sampai dengan SMA, Roby Widjaja harus bekerja membantu orang tuanya mengurus toko fisik setelah jam pulang sekolah setiap hari. Pada saat itu tidak ada toko online.
When Roby Widjaja was in Elementary School, the financial income of his biological parents was not big enough for a family with 4 children. A 1 litre Coca Cola and a cup of ice cream were luxuries for his family. At that time, Roby Widjaja could only drink 1 litre Coca Cola which was divided equally for 6 people ( his dad, mom, and 4 children ) once a week. A cup of ice cream was also a luxury for him that he could only consume it once a week. How about clothes? Roby Widjaja never bought new clothes at that time. He wore donated used clothes from other people. New clothes were a luxury thing for him too. Yes, his parents bought new clothes for him every Chinese new year. It wasn’t too poor and too rich. What do you think ?
Ketika Roby Widjaja masih bersekolah di SD, penghasilan finansial orang tua biologis Roby Widjaja tidaklah cukup besar bagi sebuah keluarga dengan 4 orang anak. Pada waktu itu, 1 liter minuman Coca Cola dan 1 wadah paling kecil es krim adalah barang mewah bagi keluarganya. Roby Widjaja hanya bisa menikmati 1 liter Coca Cola yang dibagi rata untuk enam orang ( Ayah, Ibu, dan empat anak ) seminggu sekali. Ia juga hanya bisa menikmati 1 wadah paling kecil es krim seminggu sekali. Bagaimana dengan pakaian ? Roby Widjaja tidak pernah membeli pakaian — pakaian baru pada masa itu. Ia memakai pakaian — pakaian bekas donasi dari orang — orang lain. Pakaian baru adalah juga sebuah kemewahan baginya. Ya, orang tuanya memang membelikan pakaian — pakaian baru setahun sekali setiap beberapa hari menjelang hari raya Imlek atau Tahun Baru Cina. Tidaklah terlalu miskin dan terlalu kaya. Bagaimana menurut anda ?
In his Junior High School to Senior High School, Roby Widjaja still had to work after school hours daily on his parents’ physical store. But, there was a little bit differences in his life, ice cream, Coca Cola, buying new clothes, and many other things weren’t luxuries things anymore for him and his family.
Di masa sedang bersekolah di SMP sampai dengan SMA, Roby Widjaja masih harus selalu bekerja membantu mengurus toko fisik orang tuanya setelah jam pulang sekolah setiap hari. Tetapi, ada sedikit perbedaan pada hidupnya, es krim, Coca Cola, membeli baju — baju baru, dan beberapa hal lainnya bukanlah sebuah kemewahan lagi baginya dan keluarganya.
Roby Widjaja isn’t raised in a too religious family. Roby Widjaja was a Catholic during Elementary School to Junior High School time and he has been being a Christian since he was in Senior High School. Roby Widjaja has also learned about all other religions’ teachings too, other than Catholic and Christian Theologies. For him, being religious and practising spirituality are two different things. Roby Widjaja isn’t a religious person, but practices spirituality in his daily life based on a universal cross-denominations Christian Theology, not based on one Christian doctrine from one Christian Church denomination.
Roby Widjaja tidak dibesarkan di dalam keluarga yang terlalu religius. Roby Widjaja adalah seorang Katolik selama masih bersekolah di SD sampai dengan SMP, dan kemudian ia mulai menjadi Kristen sejak ia masih bersekolah di SMA. Roby Widjaja juga sempat belajar tentang ajaran agama — agama lainnya, selain teologi Katolik dan Kristen. Bagi dirinya, menjadi religius dan mempraktekkan spiritualitas adalah dua hal yang berbeda. Roby Widjaja bukanlah seseorang yang religius, tetapi mempraktekkan spiritualitas dalam kehidupannya sehari — hari berdasarkan Theologia Kristen yang universal lintas segala denominasi, bukan berdasarkan satu doktrin Kristen dari satu denominasi Gereja Kristen saja.
Between the year 1995 to 1999, Roby Widjaja learned Computer Science at a local Surabaya University. Other than reading as his 1st passion, Computer Science was his 2nd passion. Steve Jobs and Bill Gates have been being his idols and role models since he was in University. Roby Widjaja observed the strengths and weaknesses of both Steve Jobs and Bill Gates, and he tried to combine the strengths points of both of them.
Di masa diantara tahun 1995 sampai dengan 1999, Roby Widjaja mendalami ilmu Teknik Komputer, baik perangkat keras maupun perangkat lunak Komputer, di sebuah universitas di kota Surabaya. Selain membaca sebagai kesukaannya yang pertama, Ilmu Komputer adalah kesukaannya yang kedua. Kedua tokoh Steve Jobs dan Bill Gates telah menjadi idolanya dan teladannya sejak ia masih kuliah di Universitas. Roby Widjaja mempelajari hal — hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Steve Jobs dan Bill Gates, dan ia berusaha menggabungkan kekuatan — kekuatan dari kedua tokoh tersebut.
Roby Widjaja got an 80% financial scholarship from the University, but he still had to work on his part-time jobs, as a freelance software developer and a schools lessons private teacher, to pay the rest of 20% tuition fees and other university education costs ( such as buying books, transportation costs, lunches, etc. ). Sleeping time at nights was a luxury for him at that time.
Semasa masih berkuliah, Roby Widjaja mendapatkan beasiswa 80% dari total semua biaya kuliah dari kampus nya, tetapi ia masih harus bekerja secara paruh waktu, sebagai seorang programmer perangkat lunak komputer dan guru les pribadi pelajaran sekolah SD sampai dengan SMA, untuk membayar sisa 20% biaya kuliahnya dan biaya — biaya perkuliahan lainnya ( seperti membeli buku — buku, biaya transportasi, makan siang di dekat kampus, dan lain sebagainya ). Waktu tidur di malam hari menjadi sebuah kemewahan baginya di masa itu.
The first computer programming language he learned was BASICA during high school time. It was only an interpreter, not a compiler. No executable files ( *.exe ) could be generated from the source codes by BASICA. His first favourite computer game he loved to play was “Romance of The Three Kingdom” MS-DOS version.
Bahasa pemrograman komputer pertama yang dipelajarinya adalah BASICA di saat ia masih bersekolah di SMA. BASICA hanyalah sebuah interpreter, bukanlah compiler. Tidak ada file ( *.exe ) yang bisa dijalankan langsung yang bisa dihasilkan dari file kode pemrograman dengan menggunakan BASICA. Permainan komputer favorit pertamanya adalah “Romance of The Three Kingdom” versi Microsoft-DOS.
Roby Widjaja was graduated from University in the year 1999 and got a Bachelor of Science in Computer Science. He is a lover of autodidactic-study, an Autodidact in many different subjects, that’s why he never continues his formal education to Master and PhD degrees in any kinds of subjects. For him, having formal education certificates is only a proof that we have finished the formal education on a certain level, but it isn’t a proof that we have learned, understood, and been able to apply the subjects we learn about.
Roby Widjaja lulus dari Universitas pada tahun 1999 dan mendapatkan gelar Sarjana Teknik Komputer. Ia seorang pencinta otodidak, seorang pembelajar secara otodidak dalam berbagai bidang ilmu yang berbeda, itulah mengapa ia tidak pernah melanjutkan pendidikan formalnya sampai tahap S2 ( Magister ) dan S3 ( Doktor ) di bidang ilmu apapun juga. Bagi dirinya, memiliki ijazah pendidikan formal hanyalah sebuah bukti bahwa kita pernah menyelesaikan sebuah pendidikan formal di tahapan tertentu, tetapi itu bukanlah sebuah bukti bahwa kita sudah pernah belajar, mengerti, dan mampu mengaplikasikan bidang — bidang ilmu yang dipelajari.
To be continued on: It’s a [ Roby Widjaja Tells a Story About Roby Widjaja ] Story — Part 2.
Bersambung pada: It’s a [ Roby Widjaja Tells a Story About Roby Widjaja ] Story — Part 2.
Roby Widjaja, The Storyteller and also The Subject of this true life story.
Roby Widjaja, Sang Pencerita Cerita dan sekaligus Sang Subyek cerita pada kisah hidup nyata ini.
Digital Marketing Specialist and Strategist, Website and Web Application Developer, Mobile Apps Developer, Market Researcher, Search Engine Optimization ( SEO ) Specialist, Digital Advertising Specialist, Social Media Management Specialist, Digital Content Creator, Digital Artist, Independent Writer, Graphic Designer, Videographer and Video Editor, 2D/3D Animator, Software Developer, Scientist, Thinker, and Entrepreneur.
Spesialis dan Pembuat Strategi Pemasaran Digital, Pengembang situs web dan aplikasi berbasis web, Pengembang Aplikasi Ponsel Cerdas, Spesialis Optimasi Mesin Pencarian, Spesialis Manajemen Iklan Digital, Spesialis Manajemen Akun Media Sosial, Kreator Konten Digital, Seniman Digital, Penulis Lepas Mandiri, Desainer Grafis, Videografer dan Editor Video, Kreator Animasi 2D/3D, Pengembang Perangkat Lunak Komputer, Ilmuwan, Pemikir, dan Wirausahawan.
100% Shareowner, Founder, and CEO of iMarketology and Arts-of-Life. Both iMarketology and Arts-of-Life haven’t been incorporated legally yet anywhere in this world.
Pemilik 100% Saham, Pendiri, dan Direktur Utama dari iMarketology dan Arts-of-Life. Baik iMarketology maupun Arts-of-Life belum dibuat badan hukumnya secara legal dimanapun juga di dunia ini.
Social Media: Instagram | Twitter | Facebook | Facebook Page | Linkedin